softly

softly

Rabu, 13 Oktober 2010

Story in long Night part II

Semua itu kulewati dengan keyakinan suatu saat nanti mereka juga harus seperti aku.
Waktu berlalu begitu cepat. Ternyata aku sudah 2 tahun menjadi janda. Rasa keinginan untuk menikah pada saat itu ada. Lalu akupun menikah lagi dengan seorang lelaki pilihanku. Ternyata kami tidak bertahan lama. Suamiku meninggal dunia pada saat usia pernikahan kami baru 3 tahun dan aku tidak memiliki anak.
Setahun aku tinggal bersama orang tua dan kedua adikku. Sampai suatu malam adikku yang paling kecil mengalami keanehan. Dia berteriak aneh sekali. Seisi rumah langsung lari kekemarnya. Dan apa yang kami lihat adikku sedang berdiri diatas tempat tidur tanpa busana. Dan sedang memegang pisau dapur. Adikku yang 1 lagi langsung mendekatinya. Namun, dia berontak dan memainkan pisaunya itu. Seoalah-seolah hendak menikam adikku.
Ayah dan ibuku menangis pilu dan terisak2. Si kecil berteriak tidak jelas lagi. Lalu kabur dari rumah.
Keesokan paginya kami didatangi warga. Mereka mengeluh atas tingkah laku adikku. Karena mengganggu ketertiban umum. Adikku melempari kaca jendela rumah warga. Merusak tanaman warga. Dan kamipun mencari adikku. Ternyata dia sedang berada dipinggir sungai. Dia terduduk asik sambil menyanyi yang tak jelas. Abangku langsung menangkapnya, namun dia sama sekali tidak ada perlawanan diri. Dia menurut begitu saja. Lalu abangku mengikat kakinya dengan rantai. Ya..adikku memiliki kelainan jiwa. Dia dikurung selama berhari-hari bahkan berbulan-bulan lamanya. Pada saat itu juga ayahku kembali kambuh. Badannya mulai mengurus lagi. Lalu, aku minta pertolongan kepada ibu ustadzah untuk mencari orang mengobati ayahku. Akhirnya ibu itu memberitahuku dimana tempat berobat yang baik untuk ayahku. Selama berobat dengan Tabib tersebut ayahku sudah agak mendingan. Seiring waktu itu juga aku mencoba mencari cintaku. Karena aku sudah bosan hidup sendiri. Seorang pria mendekatiku dan kamimpun menikah secara Islam. Selama pernikahan kami ternyata suamiku berbohong bahwa dia adalah seorang muslim. Suamiku tidak mempunyai agama. Ya...tidak memiliki agama. Dia mengancamku ketika aku hendak pergi mengaji. Dia menuduhku selingkuh dengan guru ngajiku. Dia sangat cemburu ketika teman-teman pengajianku datang kerumah. Kecemburuan yang aneh sangatlah berlebihan. Aku tidak sanggup dengan perlakuan seperti itu. Akan tetapi dia tidak pernah memukuliku. Dia hanya mebanting-bantingakan pintu atau memecahkan gelas atau semacamnnya. Aku berdoa pada Tuhan agar hati suamiku kembali fitrah. Tiap malama aku berdoa, namun belum ada perubahan. Hati ini sangatalah tak tenang. Aku bercerita kepada tabib itu dan dia memberi solusi dan kekuatan sebuah kata Ikhlas. Akhirnya akupun mulai tenang dengan keadaan suamiku seperti itu yang sangat keras kepala. Dan sampai saat ini aku hanya ikhlas dengan perlakuan dia seperti itu terhadapku. Kecemburuan, tidak ada rasa kasih bahkan keperduliannya. Aku tidak ingin cerai darinya. Karena aku sudah berjanji akan membimbing dia kejalan yang sama denganku. Dan baru seminggu yang lalu Ayahku meninggal. Aku sangat teriris karena aku tidak berhasil membawa ayahku seperti aku".
-----------the end
-wow...cerita dari hati seorang wanita yang sedang mencari jati diri. Aku berdoa semoga suaminya diberi hidayah sepertinya-.
*terimakasih ya buk..:) uda mau berbagi pengalaman. Pengen aku wat novelnya akh...xixixxi^_^*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar