softly

softly

Rabu, 13 Oktober 2010

Story in Long night Part I

Ini kisah seseorang yang menemaniku saat suntuk semalaman....(*seorang wanita berusia 35 tahun)

malam itu bukan malam yang indah, namun aku mendapatkan pengalaman yang indah dari seseorang yang luar biasa...:).
Dan ceritapun mengalir...
"ketika itu usiaku masih sangat muda sekali. Aku terlahir dari keluarga yang sangat miskin. Ayah dan ibuku merupakan Kristen Katolik pada saat itu. Seperti biasa sejak kecil kami d'ajak untuk pergi ke Gereja setiap minggunya. Namun, semenjak aku berusia 7 tahun aku sudah malas untuk pergi ketempat ibadah itu. Hatiku galau tak tentu arah, padahal waktu itu aku masih sangat kecil sekali. Belum mengerti tentang penataan sebuah hati yang sedang risau. Setelah berumur 10 tahun aku pindah kerumah nenekku. Sekitar rumahnya penuh dengan orang-orang yang ramah. Walaupun kami tidak sama tempat ibadahnya. Selama hampir 5 tahun aku tidak pergi ke Gereja. Ada saja alasan untuk tidak pergi kesana. Kadang aku berbohong kalau aku sedang sakit, kadang juga aku beralasan mengerjakan pekerjaan tugas sekolah. Itu hanya sebuah alasan dari kebohonganku. Padahal aku memiliki alasan kebohongan lainnya. Yaitu, keyakinanku tak sepenuhnya ingin ketempat itu lagi...
Lalu masuk aku diusia remaja. Dan aku juga dipindahkan oleh abangku kerumah pamanku. Karena nenekku sudah tak sanggup menemaniku lagi. Nenek yang sering sakit-sakitan terpaksa dipindahkan kerumah tanteku yang ada dikota.
Selama tinggal dirumah paman rasanya sama seperti dirumah nenek. Aku berteman dengan semua orang sekitar rumah paman. Hingga suatu malam aku diajak oleh temanku yang beragama Islam untuk ikut organisasi sosial.
Organisasi ini berkecimpung dibidang sosial, membantu warga yang tidak mampu, bergotong royong membersihkan kampung dan masih banyak lagi. Hatiku nyaman sekali ketika bergabung denga mereka. Aku sangat dihormati walaupun lain keyakinan. Mereka menerima setiap pendapatku tanpa harus menyelenehkan aku ini siapa.
Saat usiaku beranjak 17 tahun aku mulai mencuri-curi waktu untuk membaca Al-qur'an di rumah temanku. Namun, pada saat itu aku belum memeluk Islam. Belajar mengaju bersama teman-temanku. Mereka mengajari aku tentang sholat dan berpuasa. Aku sangat menerima itu semua dan masuk akal sekali.
Dengan memantapkan diri aku mengucapkan dua kaliamat syahadat. Dan alhamdulillah Aku seorang muslimah sekarang. Setiap datang waktu sholat lima waktu, aku permisi kepada pamanku pergi kerumah teman sampai Isya tiba aku baru pulang kerumah. Paman sama sekali tidak curiga denganku. Lagian dia juga tidak pernah perduli terhadapku.
Selama 3 tahun aku memeluk islam dengan sembunyi-sembunyi. Memantapkan hati aku ingin bicara dengan orang tuaku yang selama hampir 13 tahun tidak bertemu.
Lalu aku pulang kerumah orang tuaku. Saat itu usiaku 20 tahun. Dan apa yang aku lihat tak sesuai apa yang aku harapkan. Bibir ini kelu saat aku melihat ayahku sedang terbaring lemah karena dia sakit keras. Kanker otak, itu penyakitnya yang dideritanya dulu. Badannya kurus karena tak sanggup makan.
Aku mencium tangannyanya yang tinggal tulang terbungkus kulit. Wajahnya sangat layu dan tak berpendar sama sekali. Lalu ibu datang menghampiriku dan berkata : 'apa kau mau menuruti kemauan ayahmu, nak??. Dia menginginkan kau menikah dengan pilihannya'. Itu kata ibuku yang membuatku mengurungkan niatku untuk memberitahu bahwa aku seorang muslimah sekarang.
Demi kesehatan ayahku akhirnya aku menikah dengan pilihan ayahku. Terlihat senyum manis itu merekah indah dari wajah ayahku ketika aku bersanding bersama lelaki pilhannya.
Dan aku kembali ke Agamaku yang pertama.
Awal pernikahan kami sangat bahagia. Namun, kami belum juga dikaruniai seorang anak. Ayahku sudah kembali sehat. Walaupun penyakit itu akan datang lagi suati saat. Keluargaku sangat bahagia sekali pada saat itu. Namun, hatiku sangatlah tercabik-cabik. Keimananku kembali diuji, ketika aku harus melangkahkan kaki ketempat ibadah itu. Hati gundah gulana. Saat aku harus membohongi suamiku lagi. Bahwa aku tidak mau pergi ketempat ibadah itu. Sumaiku heran dengan tingkahku tiap minggunya. Kenapa aku tidak pergi bersamanya ketempat ibadah itu. Berjuta alasan aku tidak mau. Sampai akhirnya dia mulai curiga dengaku. Dia menanyaiku apa yang terjadi kepadaku. Lalu aku bercerita semua kepada suamiku. Dan dengan sekejap mata aku telah diusir olehnya dari rumah. Dan aku kembali kerumah orang tuaku. Ternyata suamiku sudah bercerita tentang keanehanku selama ini. Abangku langsung menendangki dari rumah. Ayah dan ibuku menangis melihat keadaanku. Karena cuma akulah seorang perempuan dari pernikahan mereka. Kedua adikku juga menangis melihat aku pergi denga cara yang mengenaskan.
Aku bingung mau pergi kemana. Selama dalam perjalanan aku merenungi nasibku. Kenapa harus begini. Kulihat Mesjid dan aku singgah untuk istirhat sejenak. Aku tidak melakukan sholat pada saat itu karena aku sudah keluar dari agama itu.
Lalu seorang wanita berjilbab menghampiriku.
Entah mengapa aku bercerita semua kepadanya tentang kehidupanku. Dengan tersenyum wanita itu mengajakku kerumahnya. Ternyata dia seorang ustadzah (guru) dipesantren. Selama 8 bulan aku bersamanya dan menekuni ilmu agama Islam. Setelah itu aku mencoba kembali kerumah dan meminta izin kepada orang tuaku. Ayah dan ibu memberi izin kepadaku. Kedua adikku juga begitu. Namun, abangku masih marah terhadapku.
Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar