softly

softly

Jumat, 15 Oktober 2010

Cinta yang belum sempat kubalas...

-ini kisah salah satu temanku. Ntah kenapa pada malam itu dia ingin bercerita kisahnya kepada. Tepat pukul 01.00 malam diapun mulai bercerita.
"dulu aku memiliki pacar dan sekarang sudah menjadi mantan pacar. Kisah cinta kami tak semulus jalan raya. Hingga akhirnya aku harus pindah. Karena orang tuaku bangkrut. Saat itu sang mantan pacarku hendak pergi keluar negeri menjadi TKW. Sebelum dia pergi sempat dia menelponku dan permisi ingin pergi.
Selang seminggu kemudian. Nomor hape yang sama menelpon aku. Yang kusangka dari mantan pacarku, ternyata salah. Dia adalah teman sang mantan pacarku. Lalu kamipun mulai mengobrol. Dia mulai cerita tentang kehidupannya. Dan aku juga mulai cerita tentang kehidupanku. Setelah sebulan kami berkenalan dia menginginkan aku menjadi pacarnya. Entah mengapa aku mengiyakan. Padahal aku sama sekali belum pernah melihat wajahnya secara langsung. Akupun berpacaran dengannya.
Jarak kami yang dipisahkan oleh pulau tak menyurutkan niatku ingin bertemu dengannya. Saat itu aku masih kuliah semester I. Namun, memang kami mungkin belum saatnya untuk dipertemukan. Dia sudah pergi keluar negeri untuk membantu orang tuanya menjadi TKW. Selama disana hubungan komunikasi kami sangat lancar. Dia selalu menelpon aku. Sampai akhirnya ketika aku disemester V. Aku memutuskan berhenti kuliah. Karena orang tuaku tidak sanggup membiayai uang kuliahku. Kabarku sampai ketelinga Dia.
Hapeku sengaja tak ku aktifkan, karena aku takut dia kecewa terhadapku. Sebab aku telah putus kuliah.
Tidak sampai disitu saja, adiknya menelpon orang tuaku menanyakan dimana keberadaanku sekarang. Karena kakaknya sedang sakit.
Hatiku terhenyak kembali dan tak kuasa untuk menghubungi dia kembali. Dia marah kepadaku, kenapa aku harus menghilang dari kehidupannya. Kenapa aku harus pergi dari dirinya.
Lalu, akupun menceritakan apa yang terjadi. Dia berkata bahwa dia sudah tau kalau aku tidak kuliah lagi. Entah ada bisikan dari mana. Dia memberi ide akan membantu uang kuliahku. Dia menanyakan alamat rumahku. Ku sangka dia akan datang kerumahku, ternyata salah.
Sebuah paket dari Taiwanpun datang. Aku lihat ada sebuah baju dan uang ( sebanyak 3 juta ). Aku kaget sekali, untuk apa uang sebanyak ini. Lalu aku mengirim pesan singkat kepadanya. Isinya aku tak ingin membuat bebannya bertambah karena membantu aku membiayai kuliahku. Dia membalas pesan singkatku dengan cukup singkat 'karena aku mencintaimu'.
Hatiku terasa teriris, mengapa wanita ini begitu baik terhadapku. Awalnya aku kira ini hanya cinta-cintaan dua orang yang belum pernah ketemu.
Kuberitahukan kepada orang tuaku masalah paket yang dikirimkan olehnya. Orang tuaku awalnya tak setuju, karena akan menjadi hutang budi yang mungkin tak sanggup dibayar. Lalu diapun menelpon kedua orang tuaku dan meyakinkan bahwa dia ikhlas membantuku karena dia sayang kepadaku.
Akhirnya orang tuakupun setuju.
Selama aku aku kuliah dia mengirimkan uang untukku. Setiap 5 blan sekali 3 juta. Dia membantuku membayar uang kuliah. Hingga akhirnya kebailan dia ini tercium oleh ibunya.
Tak disangka respon ibunya begitu berbeda dengan ayahnya. Ibunya marah-marah kepadaku dan mencaci maki diriku yang katanya tidak memiliki harga diri. Lelaki yang tak tahu malu yang cuma bisa memberi beban kepada putrinya.
Saat itu aku sudah hampir menyelesaikan kuliahku. Lalu aku memberitahukan kepadanya. Untuk tidak mengirimkan lagi uang kepadaku. Bukan karena aku sudah mau selesai kuliah akan tetapi aku tidak tahan dengan cemoohan ibu dan kakaknya.
Aku berjanji akan mengembalikan uang segera setelah aku mendapatkan pekerjaan.
Selang 1 tahun berlalu. Aku bekerja jadi server di warung internet. Dan diapun kembali ke Indonesia. Keinginan pertamanya adalah bertemu denganku.
Namun, keinginan itu tak tersampaikan. Belum sebulan dia di Indonesia. Orang tuanya sudah menjodohkannya dengan pilihan ibunya.
Aku diberitahukan oleh ayahnya agar datang ke pesta pernikahannya. Aku tidak mengiyakan atau menitadakkan kemauan ayahnya itu.
2 hari, sebelum pernikahan dia menelponku. Katanya dia ingin pergi, karena dia tidak dapat memiliki aku. Dia meminta maap kepadaku dan mengucapkan terima kasih karena sudah mencintainya. Keinginanku semakin yakin bahwa aku harus menghadiri pernikahannya.
Setelah dia menelpon, tak ada waktu sejam. Ayahnya kembali menelponku bahwa dia sedang tak sadarkan diri dan dibawa kerumah sakit. Aku sempat berpikir bahwa dia bunuh diri. Ternyata bukan, dia sakit parah.
Akupun bergegas membenahi pakaianku untuk segera bertemu dengannya. Dengan niat yang kuat akupun permisi kepada orang tuaku.
Sebelum aku pergi ibunya menelponku menyatakan bahwa aku tidak perlu datang. Ibunya menyalahkan aku atas kejadian ini. Jika aku datang maka ibunya akan membunuhku. Jadi, kuurungkan niatku itu.
Seminggu aku tidak dapat kabar darinya. Hapenya yang dipegang kakaknya membuatku tak leluasa menghubunginya.
Dan pada malam itu, malam yang membuat kaki terasa lumpuh dan mulutku terasa kelu. Adiknya menelpon aku bahwa kakaknya sudah tak bernyawa lagi. Penyesalan yang sangat dalam seumur hidupku. Aku belum sempat melihat wajahnya secara langsung. Aku belum sempat membalas semuanya yang telah diberikan kepadaku. Aku juga belum sempat menyatakan betapa aku begitu mencintainya.

- buat sahabatku yang udah mau cerita...:)...tak usah terus merasa bersalah, karena itu sudah digariskan oleh Tuhan. Dan sekarang dirimupun sudah ada yg lebih mencintaimu. Jagalah dia sebagai balas jasamu yang tertunda.
Selesai sampai pukul 04.00 subuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar